Senin, 01 Desember 2008

Kisah Teladan

KASIH SAYANG ALLAH SWT

Seorang lelaki dikenal sangat giat beribadah. Sayangnya ia selalu membuat orang menjadi putus asa terhadap kasih sayang Allah. Hal itu dilakukan sampai ia menemukan ajalnya.
Dari riwayat itu dikatakan, setelah lelaki itu mati lalu menuntut kepada Tuhan dari kekhusyukan ibadahnya didunia, "Tuhanku, apakah kebahagiaanku di sisi-Mu?"
"Neraka," jawab Allah.
"Tuhan, lalu dimana balasan dari kerajinan ibadahku?" tanya lelaki itu keheranan.

"Bagaimana boleh. Di dunia engkau selalu membuat orang berputus asa terhadap kasih sayang-Ku, maka hari ini Aku juga membuat engkau putus asa terhadap kasih sayang-Ku," jawab Allah.

KISAH BINATANG YANG BERNAMA HURAISY

Dikisahkan dalam sebuah kitab bahwa apabila tiba hari kiamat nanti maka akan keluar seekor binatang dari neraka Jahannam yang bernama Huraisy, yang mana panjangnya adalah jarak antara langit dan bumi dan lebarnya pula dari timur hingga ke barat.

Apabila ia keluar maka malaikat Jibril berkata, "Wahai Huraisy, kamu hendak kemana dan hendak mencari siapa?"

Lalu berkata Huraisy, "Aku mencari lima macam orang."
1. Orang yang tidak mengerjakan sholat.
2. Orang yang tidak mengeluarkan zakat.
3. Orang yang mendurhakai kedua orang tuanya.
4. Orang yang suka minum arak.
5. Orang yang sangat suka berbincang-bincang dalam masjid tentang dunia.

PERCAKAPAN NABI MUSA DENGAN TUHAN

Musa as: Oh Tuhan, ajarilah kami sesuatu yang dapat kami pakai untuk berzikir dan berdo'a kepada Engkau.

Tuhan: Ucapkanlah, Laa Ilaaha Illallaah Musa.

Musa as: Oh Tuhan, semua hamba-Mu telah mengucapkan kalimat itu.

Tuhan: Hai Musa, andakata langit yang tujuh beserta seluruh penghuninya selain Aku, dan bumi yang tujuh di timbang dengan Laa Illaaha Illallaah, niscaya masih berat kalimat Laa Illaha Illallaah.

Kata Hikmah:
1. Kisah ini diambil dari hadits Nabi SAW yang di riwaytkan oleh Imam Al-Hakim dari Abi Sa'id Al-Khudriyyi ra.
2. Nilai Laa Illaha Illallaah lebih berat daripada langit, bumi dan seluruh penghuninya.
3. Langit itu berpenghuni.
4. Bumi itu tujuh lapis sebagaimana langit.
5. Seutama-utama zikir adalah Laa Illaha Illallaah.

Mabuk Dalam Cinta Terhadap Allah

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahwa pada suatu hari Nabi Isa as berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa as berada dihadapannya maka diapun berkata, "Wahai Nabi Isa as, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya."
Berkata Nabi Isa as, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."
Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa as, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah."
Oleh karena keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaan kepadanya Allah, maka Nabi Isa as pun berdo'a, "Ya Tuhan, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa as berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.

Selang beberapa lama Nabi Isa as datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa as tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa as pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang ditempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada disitu bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.

Setelah Nabi Isa as mendengar penjelasan orang-orang itu maka beliaupun berdoa kepada Allah SWT, "Wahai Tuhanku, tunjukanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai saja Nabi Isa as berdoa maka beliaupun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-gunung dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa pun mendekati pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa as, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa as, "Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab di dalam hatinya terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi keagungan dan keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergajipun tentu dia tidak akan mengetahuinya."

Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak mensucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.
2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia ingin mendapatkan sanjungan dari manusia.
3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.

Rasulullah SAW telah b'sabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima:
1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka lupa kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur.

Minggu, 24 Agustus 2008

Keutamaan Berzikir>>Bersama Orang-orang yang Berzikir

Pada jilid kesepuluh kitab "Majmu'at al-fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Sesungguhnya, ibadah yang paling utama setelah ibadah-ibadah wajib adalah zikir." Pendapat itu pun hampir sudah menjadi kesepakatan para ulama.
Jadi, ada dua jalan yang mengantarkan seorang hamba menuju keridhaan Allah swt, yaitu berfikir dan berzikir. Berfikir atau tafakkur dilakukan terhadap berbagai anugerah dan nikmat Allah swt dan berzikir dilakukan dengan menyebut nama-nama indah dan sifat-sifat agung Allah swt.

Berzikir dalam al-Qur'an

Allah swt berfirman,
"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka."
(Ali-Imran [3]: 190-191)

Apabila orang-orang saleh berkumpul, mereka akan berzikir kepada Allah swt, sementara apabila para pembangkang dan durjana berkumpul, mereka akan mengingat-ingat dan mencari selah yang dapat mendekatkan mereka pada setan yang terkutuk.

zikir orang-orang saleh itu adalah dengan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil, sedangkan zikir orang-orang durjana dan yang berpaling itu dengan nyanyian, kegilaan, ghibah (menggunjing orang lain), namimah (mengadu domba), dan kekejian.

Seorang penyair mengibaratkan golongan yang pertama dengan mengatakan,

"Apabila kami sakit, maka kami akan berobat dengan zikir kepada Allah, dan tatkala kami tidak berzikir, kami akan jatuh terjerumus."

Dia mengatakan: "Wahai Tuhanku, apabila hati kami sakit, maka dia akan berobat dengan berzikir kepada-Mu, lalu dia sembuh kembali, sedangkan hati orang-orang yang lalai dan durjana, akan sakit dengan mengingat kesia-siaan dan tidak akan pernah hidup dan sehat."

Allah swt berfirman,

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'd [13]: 28)

Meskipun sejauh mana hubungan hati itu dengan kelezatan-kelezatan dunia, tetapi selamanya dia tidak akan pernah tenteram.

Sebagian manusia sangat bergantung dengau jabatan, istana megah, harta dan dengan keturunan. Akan tetapi, hati mereka tidak pernah tenteram, damai dan dada mereka tidak pernah terasa lapang, karena Allah swt berfirman,

"Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." Berkatalah ia: " ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun di lupakan."
(QS. Thaha [20]: 124-126)

Allah swt juga berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang."
(al-Ahzab [33]: 41-42)

Akan tetapi kapankah manusia itu akan berzikir kepada Allah swt dengan zikir yang sebanyak-banyaknya?

Ibnu Shalah mengatakan, "Barangsiapa yang berzikir kepada Allah swt di waktu pagi dan di waktu petang, maka orang ini sudah termasuk golongan orang-orang yang berzikir kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya (baik dia itu laki-laki maupun perempuan)."

Abdullah bin Abbas ra mengatakan, "Berzikir kepada Allah swt dengan zikir yang sebanyak-banyaknya adalah berzikir kepada-Nya pada waktu siang dan malam, di waktu tinggal atau di waktu musafir, di kala susah atau senang."

Ibnu Taimiyah mengatakan, "Barangsiapa yang senantiasa melakukan zikir-zikir yang diajarkan Islam dan kebaikan Rasulullah saw, yaitu berzikir ketika masuk masjid, keluar masjid, masuk kamar mandi, keluar kamar mandi, bangun dari tidur, memulai dan selesai makan, memakai pakaian, dan sebagainya, maka dia itu termasuk orang yang berzikir kepada Allah swt dengan zikir yang sebanyak-banyaknya (baik laki-laki maupun perempuan)."

Sebagian ulama mengatakan, "Berzikir kepada Allah swt dengan zikir yang sebanyak-banyaknya berarti lidah tidak kering dari berzikir kepada-Nya." Dalil yang menunjukkan hal itu adalah hadits Abdullah bin Bisr ra. yang diriwayatkan oleh Imam Tarmidzi dan Imam Ahmad dengan sanad shahih. Dia berkata, "Saya mengatakan kepada Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari'at (ajaran) Islam ini sudah terlalu banyak bagiku, maka beritahukan aku sesuatu yang aku bisa berkomitmen dan bergantung padanya!"'

Rasulullah saw. bersabda, "Lidahmu senantiasa basah dengan berzikir kepada Allah swt."

Mereka berkata kepada seorang yang saleh ketika dia dalam sakaratul maut, "Berzikirlah kepada Allah swt."

Dia berkata, "Saya tidak pernah lupa berzikir kepada-Nya."

Junaid bin Muhammad membaca al-Qur'an ketika dia dalam keadaan sakaratul maut, mereka mengatakan kepadanya, "Kamu sekarang sedang sibuk dengan mati, bukan dengan al-Qur'an." Dia berkata, "Siapakah orang paling membutuhkan amal saleh selain aku?"

Allah swt berfirman dalam kitab-Nya Al-Qur'an,

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu."
(QS. Al-Baqarah [2]: 152)

Senin, 11 Agustus 2008

Mengejar KEMULIAAN (Mendapatkan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat)

MAKNA MULIA

Kemuliaan itu ketika setiap pribadi muslim merasa mulia dengan dirinya sendiri. Kemuliaan ini bukan datang dari perbuatan manusia itu sendiri atau karena memiliki kekayaan, kehormatan, kedudukan, dan keturunan. Akan tetapi, kemuliaan ini harus muncul karena didasari oleh ketaatan kepada Allah Swt. dengan meninggalkan kemaksiatan, dan diiringi dengan rasa takut kepada siksa Allah Swt. dengan merendahkan diri kepada Allah Swt. Oleh karena itu, para pendahulu kita selalu berdo'a,

Allahumma a'izzani bi-tha' atika wa la tudzillani bi-ma'shiyatika

"Ya Allah, muliakanlah aku dengan ketaatan kepada-Mu dan janganlah Engkau hinakan aku dengan bermaksiat kepada-Mu."

Kemuliaan yang paling tinggi terdapat dalam ketaatan kepada Allah Swt., dan kehinaan yang paling rendah bila bermaksiat kepada-Nya. Barang siapa yang merindukan kemuliaan, maka hendaklah ia taat kepada Allah Swt. dan menjauhi dosa, serta ber-istiqomah di jalan-Nya.

Seorang pujangga Arab berkata,
"Kemuliaan ada dalam naungan yang Mahagagah; Dan barang siapa yang mengabdi kepada sesama hamba, maka ia akan dihinakan Allah Swt."

Seharusnyalah kemuliaan itu dipersembahkan hanya kepada Allah Swt. Janganlah kemuliaan itu di persembahkan kepada hawa nafsu dan segala keinginan rendahnya!

Saudaraku, sesungguhnya Allah Swt. telah melarang kita merendahkan diri terhadap sesama hamba-Nya. Tidak ada perendahan diri kecuali hanya kepada-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada keagungan kecuali milik-Nya. Tidak boleh sujud kecuali hanya kepada-Nya., dan tidak akan di terima sujud-rukuk seorang hamba kecuali yang dilakukan untuk-Nya.
('Amar Khalid)

Selasa, 15 Juli 2008

PAHALA TAKUT KEPADA ALLAH

Dalam Sebuah Hadits Qudsi, ada riwayat mengenai balasan yang diberikan Allah kepada orang yang takut kepada-Nya.

Rasulullah saw bersabda, "Ada seorang lelaki yang tidak pernah berbuat kebajikan sama sekali. Lelaki itu berwasiat kepada keluarganya, jika aku mati, maka bakarlah aku hingga lumat menjadi abu. Kemudian taburkanlah sebagian abu itu di daratan, dan sebagian lagi di laut. Demi Allah, jika Allah sampai menghisabku, pasti Dia akan mengazabku dengan azab yang tidak pernah ditimpakan kepada seorangpun di alam semesta!'

Tatkala lelaki itu meninggal, keluarganya melaksanakan apa yang telah dia wasiatkan kepada mereka. Lalu, Allah memerintahkan daratan untuk mengumpulkan abu yang disebar di daratan itu dan memerintahkan lautan untuk mengumpulkan debu yang disebar di lautan itu.

Kemudian, Allah Swt bertanya kepada lelaki itu (setelah dihidupkan kembali), 'Mengapa kau lakukan ini?'

Lelaki itu menjawab, 'Karena aku takut kepada-Mu Tuhanku, dan engkau lebih tahu itu.'

Allah Swt lalu mengampuninya."

Kisah dalam Hadits Qudsi ini begitu menggelitik dan penuh hikmah. Seseorang yang selalu berbuat maksiat dan tidak pernah beramal shalih sedikitpun, masih memiliki rasa takut kepada Allah Swt. Keagungan Allah ada di depan matanya, sehingga dia takut akan hisab dan azab Allah atas perbuatannya di dunia.

Ketakutan ini membuatnya berwasiat bodoh. Setelah mati, dia ingin mayatnya dibakar dan abunya disebar di daratan dan lautan.
Dengan begitu, dia berharap tidak akan bisa dihisab oleh Allah Swt. Dia ingin selamat dari azab Allah Swt. Dia yakin Allah itu ada. Dia pun yakin, hisab Allah itu ada dan hisab itu menunggu setelah kematiannya. Dia ingin menyelamatkan dirinya dengan cara menyebar lumatkan tubuhnya di darat dan di laut.

Namun, Allah Mahakuasa untuk tetap menghisabnya. Tidak ada yang luput dari hisab-Nya. Pada akhirnya, Allah mengampuni lelaki itu berkat rasa takutnya pada keagungan Allah Swt.

Hikmah yang dapat di ambil dari kisah tadi adalah, sekecil apapun keimanan di dada seseorang (yaitu keyakianan akan adanya Allah, hisab dan keadilan Allah) dapat mendatangkan ampunan dan rahmat Allah Swt. Bagaimana jika rasa takut kepada Allah itu dihadirkan setiap saat dengan disertai amal shalih? Tentu, pahala yang disediakan Allah, akan lebih besar dan agung.

Di dalama Al-Qur'an, Allah Swt telah berfirman dan memberikan kabar gembira, "Dan ada pun orang-orang yang takut kepada keagungan Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)." (QS. An-Nazi'aat[79]: 40-41)

(Ketika Cinta Berbuah Surga, karya Habiburrahman El Shirazy)

KALIMAT PENGUSIR MAKSIAT

Seorang Ulama terkemuka, Imam Sahl bin Abdullah Al-Tastari menuturkan kisah dirinya, "Ketika berumur tiga tahun, aku ikut pamanku yaitu Muhammad bin Sanwar untuk melakukan qiyamullail. Aku melihat cara sholat pamanku dan aku menirukan gerakannya.

Suatu hari, paman berkata kepadaku, 'Apakah kau mengingat Allah, yang menciptakanmu?'

Aku menukas, 'Bagaimana caranya aku mengingatnya?'

Beliau menjawab, 'Anakku, jika kau berganti pakaian dan ketika hendak tidur, katakanlah tiga kali dalam hatimu, tanpa menggerakan lisanmu, 'Allahuma'i...Allahu naadhiri...Allahu syaahidi!' (Artinya, Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku!)

Aku menghafalkan kalimat itu, lalu mengucapkannya bermalam-malam. Kemudian, aku menceritakan hal ini kepada paman.

Pamanku berkata, 'Mulai sekarang, ucapkan zikir itu sepuluh kali setiap malam.'

Aku melakukannya, aku resapi maknanya, dan aku merasakan ada kenikmatan dalam hatiku. Pikiran terasa terang. Aku merasa senantiasa bersama Allah Swt.

Satu tahun setelah itu, paman berkata, 'Jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu, dan langgengkanlah sampai kau masuk kubur. Zikir itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan akhirat.

Lalu, pamanku berkata, 'Hai Sahl, orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah, dan disaksikan Allah, akankah ia melakukan maksiat?

Kalimat Allahu ma'i. Allahu naadhiri. Allahu syaahidi! sangat terkenal di kalangan ulama arif billah. Bahkan, syeikh Al-Azhar; Imam Abdul Halim Mahmud, yang dikenal sebagai ulama arif billah menganjurkan kepada kaum muslimin untuk menancapkan kalimat ini di dalam hati. Maknanya yang dasyat, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, akan mendatangkan rasa ma'iyatullah (selalu merasa disertai, dilihat, dan disaksikan oleh Allah Swt, dimana dan kapan saja).

Pada akhirnya, rasa ini akan menumbuhkan takwa yang tinggi kepada Allah Swt. Kalau sudah begitu, apakah orang yang merasa selalu disertai, dilihat, dan disaksikan Allah akan melakukan maksiat?

(Ketika Cinta Berbuah Surga, karya: Habiburrahman El Shirazy)

Sabtu, 12 Juli 2008

Nilai dunia dalam pandangan Nabi

Untuk lebih lega dalam memandang dunia dan menempatkannya dalam proporsinya, mari kita simak bagaimana Rasulullah saw menggambarkan dunia dalam berbagai hadits:

DUNIA ADALAH SETITIK AIR DI TENGAH LAUTAN

Al Mustaurid bin Syaddad ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Tiadalah perbandingan dunia ini dengan akhirat, kecuali seperti seorang yang memasukan jarinya ke dalam lautan luas maka perhatikanlah yang tersisa." (HR. Muslim)

DUNIA LEBIH HINA DARI BANGKAI KAMBING KUPER

Dari Jabir ra, Rasulullah saw bersabda, "Demi Allah, sungguh dunia ini lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper dan cacat ini dalam pandangan kalian." (HR. Muslim)

DUNIA ADALAH PENJARA MUKMIN DAN SURGA BAGI KAUM KAFIR

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Dunia adalah penjara bagi orang-orang mukmin dan sebagai surga bagi orang-orang kafir." (HR. Muslim)

DUNIA IBARAT SAYAP NYAMUK

Sahl bin Sa'ad As Sa'idx ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Andaikata dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, niscaya tidak akan diberikan-Nya kepada orang kafir meski hanxa seteguk air." (HR. Tarmidzi)