Minggu, 24 Agustus 2008

Keutamaan Berzikir>>Bersama Orang-orang yang Berzikir

Pada jilid kesepuluh kitab "Majmu'at al-fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Sesungguhnya, ibadah yang paling utama setelah ibadah-ibadah wajib adalah zikir." Pendapat itu pun hampir sudah menjadi kesepakatan para ulama.
Jadi, ada dua jalan yang mengantarkan seorang hamba menuju keridhaan Allah swt, yaitu berfikir dan berzikir. Berfikir atau tafakkur dilakukan terhadap berbagai anugerah dan nikmat Allah swt dan berzikir dilakukan dengan menyebut nama-nama indah dan sifat-sifat agung Allah swt.

Berzikir dalam al-Qur'an

Allah swt berfirman,
"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka."
(Ali-Imran [3]: 190-191)

Apabila orang-orang saleh berkumpul, mereka akan berzikir kepada Allah swt, sementara apabila para pembangkang dan durjana berkumpul, mereka akan mengingat-ingat dan mencari selah yang dapat mendekatkan mereka pada setan yang terkutuk.

zikir orang-orang saleh itu adalah dengan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil, sedangkan zikir orang-orang durjana dan yang berpaling itu dengan nyanyian, kegilaan, ghibah (menggunjing orang lain), namimah (mengadu domba), dan kekejian.

Seorang penyair mengibaratkan golongan yang pertama dengan mengatakan,

"Apabila kami sakit, maka kami akan berobat dengan zikir kepada Allah, dan tatkala kami tidak berzikir, kami akan jatuh terjerumus."

Dia mengatakan: "Wahai Tuhanku, apabila hati kami sakit, maka dia akan berobat dengan berzikir kepada-Mu, lalu dia sembuh kembali, sedangkan hati orang-orang yang lalai dan durjana, akan sakit dengan mengingat kesia-siaan dan tidak akan pernah hidup dan sehat."

Allah swt berfirman,

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'd [13]: 28)

Meskipun sejauh mana hubungan hati itu dengan kelezatan-kelezatan dunia, tetapi selamanya dia tidak akan pernah tenteram.

Sebagian manusia sangat bergantung dengau jabatan, istana megah, harta dan dengan keturunan. Akan tetapi, hati mereka tidak pernah tenteram, damai dan dada mereka tidak pernah terasa lapang, karena Allah swt berfirman,

"Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." Berkatalah ia: " ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun di lupakan."
(QS. Thaha [20]: 124-126)

Allah swt juga berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang."
(al-Ahzab [33]: 41-42)

Akan tetapi kapankah manusia itu akan berzikir kepada Allah swt dengan zikir yang sebanyak-banyaknya?

Ibnu Shalah mengatakan, "Barangsiapa yang berzikir kepada Allah swt di waktu pagi dan di waktu petang, maka orang ini sudah termasuk golongan orang-orang yang berzikir kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya (baik dia itu laki-laki maupun perempuan)."

Abdullah bin Abbas ra mengatakan, "Berzikir kepada Allah swt dengan zikir yang sebanyak-banyaknya adalah berzikir kepada-Nya pada waktu siang dan malam, di waktu tinggal atau di waktu musafir, di kala susah atau senang."

Ibnu Taimiyah mengatakan, "Barangsiapa yang senantiasa melakukan zikir-zikir yang diajarkan Islam dan kebaikan Rasulullah saw, yaitu berzikir ketika masuk masjid, keluar masjid, masuk kamar mandi, keluar kamar mandi, bangun dari tidur, memulai dan selesai makan, memakai pakaian, dan sebagainya, maka dia itu termasuk orang yang berzikir kepada Allah swt dengan zikir yang sebanyak-banyaknya (baik laki-laki maupun perempuan)."

Sebagian ulama mengatakan, "Berzikir kepada Allah swt dengan zikir yang sebanyak-banyaknya berarti lidah tidak kering dari berzikir kepada-Nya." Dalil yang menunjukkan hal itu adalah hadits Abdullah bin Bisr ra. yang diriwayatkan oleh Imam Tarmidzi dan Imam Ahmad dengan sanad shahih. Dia berkata, "Saya mengatakan kepada Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari'at (ajaran) Islam ini sudah terlalu banyak bagiku, maka beritahukan aku sesuatu yang aku bisa berkomitmen dan bergantung padanya!"'

Rasulullah saw. bersabda, "Lidahmu senantiasa basah dengan berzikir kepada Allah swt."

Mereka berkata kepada seorang yang saleh ketika dia dalam sakaratul maut, "Berzikirlah kepada Allah swt."

Dia berkata, "Saya tidak pernah lupa berzikir kepada-Nya."

Junaid bin Muhammad membaca al-Qur'an ketika dia dalam keadaan sakaratul maut, mereka mengatakan kepadanya, "Kamu sekarang sedang sibuk dengan mati, bukan dengan al-Qur'an." Dia berkata, "Siapakah orang paling membutuhkan amal saleh selain aku?"

Allah swt berfirman dalam kitab-Nya Al-Qur'an,

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu."
(QS. Al-Baqarah [2]: 152)

Senin, 11 Agustus 2008

Mengejar KEMULIAAN (Mendapatkan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat)

MAKNA MULIA

Kemuliaan itu ketika setiap pribadi muslim merasa mulia dengan dirinya sendiri. Kemuliaan ini bukan datang dari perbuatan manusia itu sendiri atau karena memiliki kekayaan, kehormatan, kedudukan, dan keturunan. Akan tetapi, kemuliaan ini harus muncul karena didasari oleh ketaatan kepada Allah Swt. dengan meninggalkan kemaksiatan, dan diiringi dengan rasa takut kepada siksa Allah Swt. dengan merendahkan diri kepada Allah Swt. Oleh karena itu, para pendahulu kita selalu berdo'a,

Allahumma a'izzani bi-tha' atika wa la tudzillani bi-ma'shiyatika

"Ya Allah, muliakanlah aku dengan ketaatan kepada-Mu dan janganlah Engkau hinakan aku dengan bermaksiat kepada-Mu."

Kemuliaan yang paling tinggi terdapat dalam ketaatan kepada Allah Swt., dan kehinaan yang paling rendah bila bermaksiat kepada-Nya. Barang siapa yang merindukan kemuliaan, maka hendaklah ia taat kepada Allah Swt. dan menjauhi dosa, serta ber-istiqomah di jalan-Nya.

Seorang pujangga Arab berkata,
"Kemuliaan ada dalam naungan yang Mahagagah; Dan barang siapa yang mengabdi kepada sesama hamba, maka ia akan dihinakan Allah Swt."

Seharusnyalah kemuliaan itu dipersembahkan hanya kepada Allah Swt. Janganlah kemuliaan itu di persembahkan kepada hawa nafsu dan segala keinginan rendahnya!

Saudaraku, sesungguhnya Allah Swt. telah melarang kita merendahkan diri terhadap sesama hamba-Nya. Tidak ada perendahan diri kecuali hanya kepada-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada keagungan kecuali milik-Nya. Tidak boleh sujud kecuali hanya kepada-Nya., dan tidak akan di terima sujud-rukuk seorang hamba kecuali yang dilakukan untuk-Nya.
('Amar Khalid)